blokBojonegoro.com - Warga Desa
Pilanggede, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro yang tinggal di
sepanjang bantaran Bengawan Solo memanfaatkan lahan mereka untuk
berkebun sayur.
Saat blokBojonegoro.com, menyusuri sekitar jalan di tepian sungai terpanjang di Pulau Jawa itu, Rabu (18/6/2014) tampak warga tengah sibuk dengan aktivitas pagi memetik terong di tlatah (sebutan sawah di tepian sungai Bengawan Solo), sedang memanen terong.
Memang, beberapa hari ini di daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Tuban itu waktunya musim panen terong. Mereka ada yang memanen dengan membawa karung, keranjang dan ada pula membawanya dengan tangan. Mereka, memilih waktu pagi hari untuk memanen karena udaranya masih sejuk dan tak tersengat sinar mentari. Selain itu, sinar mentari juga bisa membuat tanaman mati.
"Panennya harus pagi, sebab tangkai bekas terong dipanen tidak boleh kena terik panas matahari, karena kalau terkena sinar matahari akan layu dan akhirnya mati," tutur salah seorang petani terong, warga setempat, Muhammad Ikhsan (63).
Bapak kelahiran 1951 itu mengaku, setiap tangkai ada buahnya mulai kecil. Sehingga waktu yang ideal untuk memanennya pukul 06.00 WIB sampai 08.00 WIB, agar tidak berefek bagi tanaman.
Dari jumlah warga Desa Pilanggede, sekitar 40% saat ini menanam terong. Sementara sisanya terkendala karena tidak punya lahan. Setiap panen, hasilnya pun tidak menentu.
"Pasalnya semakin lama akan semakin banyak buahnya. Pohonnya yang tumbuh tinggi, tangkainya akan berbuah," jelasnya kepada blokBojonegoro.com.
Saat musim panen, bisa lebih empat kali panen. Setiap satu karung terong isinya sekitar 80 sampai 100 buah dihargai Rp25.000 sampai Rp30.000. Warga setempat menanam terong sejak beberapa bulan yang lalu. "Tiga bulan sudah panen," pungkasnya.
Usai dipanen, para petani tidak perlu bersusah payah menjualnya, karena sudah ada tengkulak yang mencari ke daerah setempat. Terong tersebut biasanya akan dijual di Pasar Sumberrejo, Kapas, Sroyo dan Baureno. [zid/lis]
Saat blokBojonegoro.com, menyusuri sekitar jalan di tepian sungai terpanjang di Pulau Jawa itu, Rabu (18/6/2014) tampak warga tengah sibuk dengan aktivitas pagi memetik terong di tlatah (sebutan sawah di tepian sungai Bengawan Solo), sedang memanen terong.
Memang, beberapa hari ini di daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Tuban itu waktunya musim panen terong. Mereka ada yang memanen dengan membawa karung, keranjang dan ada pula membawanya dengan tangan. Mereka, memilih waktu pagi hari untuk memanen karena udaranya masih sejuk dan tak tersengat sinar mentari. Selain itu, sinar mentari juga bisa membuat tanaman mati.
"Panennya harus pagi, sebab tangkai bekas terong dipanen tidak boleh kena terik panas matahari, karena kalau terkena sinar matahari akan layu dan akhirnya mati," tutur salah seorang petani terong, warga setempat, Muhammad Ikhsan (63).
Bapak kelahiran 1951 itu mengaku, setiap tangkai ada buahnya mulai kecil. Sehingga waktu yang ideal untuk memanennya pukul 06.00 WIB sampai 08.00 WIB, agar tidak berefek bagi tanaman.
Dari jumlah warga Desa Pilanggede, sekitar 40% saat ini menanam terong. Sementara sisanya terkendala karena tidak punya lahan. Setiap panen, hasilnya pun tidak menentu.
"Pasalnya semakin lama akan semakin banyak buahnya. Pohonnya yang tumbuh tinggi, tangkainya akan berbuah," jelasnya kepada blokBojonegoro.com.
Saat musim panen, bisa lebih empat kali panen. Setiap satu karung terong isinya sekitar 80 sampai 100 buah dihargai Rp25.000 sampai Rp30.000. Warga setempat menanam terong sejak beberapa bulan yang lalu. "Tiga bulan sudah panen," pungkasnya.
Usai dipanen, para petani tidak perlu bersusah payah menjualnya, karena sudah ada tengkulak yang mencari ke daerah setempat. Terong tersebut biasanya akan dijual di Pasar Sumberrejo, Kapas, Sroyo dan Baureno. [zid/lis]
Title : Memanfaatkan Pagi untuk Memetik Terong
Description : blokBojonegoro.com - Warga Desa Pilanggede, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro yang tinggal di sepanjang bantaran Bengawan Solo mema...
Description : blokBojonegoro.com - Warga Desa Pilanggede, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro yang tinggal di sepanjang bantaran Bengawan Solo mema...
0 Response to "Memanfaatkan Pagi untuk Memetik Terong"
Posting Komentar